Senin, 25 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SALURAN CERNA (PENGKAJIAN SISTEM GASTROINTESTINAL


Data Subjektif

1.     Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Informasi yang harus dikumpulkan dari pasien adalah tentang sejarah penyakit-penyakit atau masalah-masalah yang berkaitan dengan fungsi Gasrointestinal (GI), seperti nyeri perut, gastritis, mual dan muntah, diare dan sembelit, hepatitis, radang usus besar, bisul perut, distensi abdomen, ikterus, anemia, hiatus hernia, penyakit kandung empedu, disfagia, mulas, dispepsia, perubahan nafsu makan, hematemesis, intoleransi makanan, gangguan pencernaan, gas yang berlebihan, kembung, melena, wasir, hernia, atau anus berdarah.
Pasien harus ditanya tentang sejarah berat badan. Setiap penurunan berat badan yang tidak diterangkan atau tidak direncanakan atau berat badan dalam 12 bulan terakhir harus dikaji secara rinci. Sejarah diet kronis dan penurunan berat badan berulang harus didokumentasikan.



2.     Obat-obatan
Riwayat kesehatan termasuk pengkajian mengenai penggunaan obat-obatan di masa lalu dan penggunaan saat ini. Nama obat, frekuensi dan durasi penggunaan sangat penting untuk dikaji khususnya informasi tentang resep obat yang berhubungan dengan masalah hati. Banyak bahan-bahan kimia yang potensial bersifat hepatotoxic. Perawat harung menanyakan apakah pasien menggunakan laksativ atau antasid, termasuk jenis dan frekuensinya. Penggunaan resep obat yang dapat menekan nafsu makan juga harus dicatat.



3.     Pembedahan atau pengobatan lain
Informasi yang harus diperoleh adalah mengenai pengobatan di RS yang terkait dengan sistem GI. Kaji data yang terkait dengan pembedahan perut atau dubur, termasuk tahun, alasan untuk pembedahan, pascaoperasi, dan kemungkinan transfusi darah.




4.     Persepsi kesehatan - Pola manajemen kesehatan
Perawat harus mengkaji latihan kesehatan pasien yang berhubungan dengan sistem GI, seperti pemeliharaan berat badan normal, perawatan gigi, nutrisi yang adekuat, dan kebiasaan eliminasi. Pasien harus ditanya tentang pemaparan bahan kimia hepatotoxic seperti arsenik, fosfor, dan merkuri, tentang perjalanan ke luar negeri yang mungkin dapat terkena hepatitis, infeksi parasit atau gangguan bakteri.
Identifikasi kebiasaan-kebiasaan tertentu yang memiliki efek langsung pada fungsi GI, seperti konsumsi alkohol dalam jumlah besar memiliki efek merugikan pada mukosa lambung dan juga meningkatkan sekresi asam klorida dan pepsinogen. Paparan alkohol menyebabkan infiltrasi lemak pada hati, merokok berhubungan dengan berbagai GI (khususnya kanker mulut dan kerongkongan), esophagjtis, dan ulcer. Merokok juga dapat menunda penyembuhan ulkus.




5.     Nutrisi-pola metabolisme
 Penilaian gizi yang menyeluruh sangat penting. Perawat harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang akan memungkinkan pasien untuk mengekspresikan keyakinan dan perasaan tentang diet. Perawat harus mengkaji asupan makanan termasuk asupan pagi dan malam hari. Perawat harus mencari tahu tentang asupan makanan ringan, cairan, dan suplemen vitamin.
Perawat harus mengkaji penggunaan gula dan garam pengganti, kafein, dan jumlah cairan dan asupan serat. Kaji adanya perubahan perubahan dalam nafsu makan, toleransi terhadap makanan, dan berat badan Anorexia dan penurunan berat badan dapat mengindikasikan karsinoma. Kaji adanya alergi terhadap makanan dan periksa gejala GI seperti respon dari alergi.




6.     Pola eliminasi
Kaji pola eleminasi pasien (frekuensi, waktu, dan konsistensi dari tinja biasa harus dicatat). Penggunaan pencahar dan enema, termasuk jenis, frekuensi, dan hasil, harus didokumentasikan. Setiap perubahan terbaru dalam pola usus harus diselidiki.
Kaji asupan dan keluaran cairan. Masalah kulit dapat dikaitkan dengan masalah GI. Alergi makanan dapat menyebabkan lesi, pruritus, dan edema. Diare dapat menyebabkan kemerahan, iritasi, dan rasa sakit di daerah perianal. Sistem drainase eksternal seperti ileostomi atau saluran ileum dapat menyebabkan iritasi kulit lokal. Kaji hubungan masalah kulit dan masalah GI.




7.     Kegiatan-pola latihan.
Kaji status ambulatory untuk menentukan apakah pasien mampu mengamankan dan menyiapkan makanan. Batasan kemampuan pasien untuk makan sendiri secara independen harus dicatat. Kaji adanya kesulitan dalam mengakses lingkungan yang aman untuk eliminasi. Kaji kegiatan dan latihan yang dapat mempengaruhi motilitan GI.




8.     Pola tidur-istirahat.
Kaji masalah-masalah tidur yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan, seperti mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, kembung, dan kelaparan. Kaji ritual tidur yang melibatkan penggunaan suatu makanan atau minuman tertentu. Susu hangat dapat menyebabkan tidur melalui efek dari serotonin prekursor L-triptofan. Teh herbal dan melatonin sering dapat membantu untuk tidur. Kaji Rutinitas individu yang mungkin dapat menghindari tidu seperti: Lapar dapat mencegah tidur sehingga harus dikurangi dengan makanan yang ringan dan mudah di cerna.




9.     Kognitif-pola perseptual.
Penurunan sensoris dapat mengakibatkan permasalahan yang terkait dengan kemampuan mempersiapkan, dan mengkonsumsi makanan. Perubahan dalam rasa atau aroma dapat mempengaruhi nafsu makan. Sensitivitas panas atau dingin bisa membuat makanan tertentu menyakitkan untuk makan.  Mengkaji pasien dalam pola ini untuk menilai efek kekurangan asupan gizi yang adekuat. Jika pasien telah didiagnosis memiliki gangguan GI, perawat harus mengajukan pertanyaan untuk menentukan pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatannya.  Nyeri di area lain memerlukan pengkajian yang hati-hati berkaitan dengan efeknya pada sistem GI dan gizi. Kaji efek yang mungkin ada dari obat penghilang rasa sakit yang berkaitan dengan sembelit, sedasi, dan pengurangan nafsu makan.




10.            Persepsi diri – Pola konsep diri
Kelebihan dan kekurangan berat badan sering menjadi masalah terkait dengan harga diri dan citra tubuh. Cara seseorang menceritakan sejarah berat badannya merupakan tanda akan kemungkinan terjadi masalah di daerah ini.  Area masalah potensial lain adalah kebutuhan terhadap perangkat eksternal untuk mengatur eliminasi, seperti kolostomi atau ileostomi. Kesediaan pasien untuk terlibat dalam perawatan diri dan  mendiskusikan mengenai situasi ini menuntut perawat untuk menyediakan informasi berharga yang berkaitan dengan citra tubuh dan harga diri.
 Penyakit kuning dan asites menyebabkan perubahan fisik yang signifikan. Sikap pasien terhadap perubahan-perubahan ini harus dikaji.




11.            Peran-pola hubungan.
Masalah yang terkait dengan sistem GI seperti sirosis, alkoholisme, hepatitis, ostomies, obesitas, dan karsinoma dapat berdampak besar pada kemampuan pasien untuk mempertahankan peran dan hubungannya. Penyakit kronis dapat menyebabkan pasien meninggalkan tugasnya atau mengurangi jumlah jam kerja. Perubahan dalam citra tubuh dan harga diri dapat mempengaruhi hubungan. Hal ini penting perawat harus menyadari yang mungkin terjadi kehadiran mereka.




12.            Pola reproduksi - Seksualitas.
Perubahan yang terkait dengan seksualitas dan status reproduksi dapat disebabkan oleh masalah sistem GI, sepeti obesitas, sakit kuning, anoreksia, dan asites, dapat menurunkan potensi penerimaan pasangan seksual. Penggunaan ostomy dapat mempengaruhi kepercayaan diri pasien yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Pertanyaan yang sensitif dari perawat dapat menentukan adanya potensi masalah.
Anorexia dapat mempengaruhi status reproduksi kewanitaan. Peminum alkohol dapat mempengaruhi status reproduksi laki-laki dan perempuan. Asupan gizi yang buruk sebelum dan selama kehamilan dapat mengakibatkan rendah berat lahir bayi. Perawat harus  menentukan keinginan pasien mengenai reproduksi dan kaji langsung berdasarkan respon pasien.




13.            Koping -  Pola toleransi stress.
Kaji koping terhadap stress. Gejala gangguan pencernaan seperti nyeri epigastrik, mual, dan diare menyebabkan seseorang berespon terhadap stress atau situasi emosional. Beberapa masalah sistem pencernaan seperti tukak lambung dapat diperburuk oleh stres.





14.            Nilai-pola keyakinan.
 Kaji keyakinan spiritual dan budaya pasien tentang makanan dan persiapan makanan, kesukaan pasien ini harus dihormati oleh para penyedia layanan kesehatan.





Data Objektif
Data objektif yang terkait dengan penilaian gizi harus dikumpulkan sepeti pengukuran Anthropometnc (tinggi, berat, ketebalan lipatan kulit) dan penelitian darah seperti serum protein, albumin, dan hemoglobin adalah contoh data objektif penting yang terkait dengan sistem GI. Pemeriksaan fisik juga menambahkan informasi bernilai.




Pemeriksaan Fisik

1.     Mulut
a.     Inspeksi.
Inspeksi simetri, warna, dan ukuran bibir. Kelainan seperti pucat atau sianosis, cracking, borok, atau retakan pada bibir. Lidah bagian dorsum (atas) harus memiliki lapisan putih tipis, sedangkan permukaan di bawah harus halus. Observasi adanya periksa mukosa buccal dengan tongue blade, dan catat warna, setiap area pigmentasi, dan setiap lesi. Orang berkulit gelap biasanya memiliki setengah area pigmentasi. Kaji adanya karies gigi, bentuk normal dan posisi gigi dan adanya pembengkakan, perdarahan, perubahan warna, atau peradangan pada gusi. Kaji adanya bau nafas, inspeksi paring dengan memiringkan tongue blade tonsil, uvulo, saft palate dan pilar anterior dan posterior harus diobservasi. Uvula dan soft palate harus naik  dan tetap di garis tengah.



b.    Palpasi.
Perawat harus meraba daerah yang mencurigakan di mulut.Ulcer, nodul, indurasi, dan area yang sensitif juga harus di palpasi. Mulut dewasa tua memerlukan pengkajian yang lebih hati-hati. Berikan perhatian khusus terhadap gigi palsu (misalnya, kecocokan, kondisi), kemampuan untuk menelan, dan lesi. Melepaskan gigi palsu saat pemeriksaan akanmembantu untuk mendapatkan visualisasi yang baik pada palpasi area tersebut.




2.     Perut.
Ada dua sistem yang digunakan untuk menggambarkan anatomi permukaan abdomen. Satu sistem membagi abdomen menjadi empat kuadran oleh garis tegak lurus dari sternum ke tulang kemaluan dan garis horizontal di perut pada umbilikus. Sistem lainnya membagi abdomen menjadi 9 daerah tetapi hanya epigastric, umbilical, suprapublic atau daerah hipogastrik yang umumnya dipakai.

Untuk pemeriksaan abdominal, pencahayaan yang baok harus menyinari sepanjang abdomen. Pasien harus dalam posisi supine dan senyaman mungkin untuk membantu agar otot-otot abdomen relaks. Pasien harus agak menenkuk lututnya dan posisi kepala naik. Psien harus mengosongkan andung kemihnya. Tangan pemeriksa harus hangat ketika melakukan pemerikasaan abdominal untuk menghindari agar pasien tidak menahan ototnya. Pasien diminta untuk bernapas perlahan melalui mulut.


a.     Inspeksi.
Perawat harus mengkaji perubahan kulit abdomen (warna, tekstur, goresan, bekas luka, dilatasi vena, ruam, dan lesi), umbilicus (lokasi dan bentuk), simetris, bentuk (datar), bulatannya (cembung), kecekungan, observasi massa (hernia atau masa lain), dan pergerakan (denyutan dan peristaltik). Denyutan aorta normal mungkit terlihat di area epigastrik. Perawat harus melihat sepanjang garis abdomen untuk melihat peristaltic. Peristaltik normalnya tidak tampak atau terlihat pada orang dewasa tapi mungkin saja terlihat pada orang yang kurus.



b.    Auskultasi.
Selama pemeriksaan abdomen, auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan palpasi Karen prosedur ini mungkin mengubah suara usus. Auskultasi abdomen termasuk mendengar peningkatan atau pengurangan suara usus dan suara vascular. Diagram stetoskop digunakan untuk auskultasi suara usus karena stetoskop suaranya relative tinggi. Bel stetoskop digunakan untuk mendetekasi suara yang lebih rendah . suara usus normal sekitar 5-35 kali per menit dan suaranya seperti high pitch clicks. Sebelum auskultasi, menghangatkan stetoskop di tangan dapat membantu mencegah kontraksi otot abdomen. Perawat harus mendengar di daerah epigastrum dan semua yang ada di kuadran empat. Perawat harus mendengar suara usus besar selama 2-5 menit. Suara usus besar tidak dapat dikatakan hilang sampai benar-benar tidak ada suara yang terdengar selama lima menit (di masing-masing kuadran). Frekuensi dan intesitas usus besar bervariasi tergantung pada fase digesti. Normalnya terdengar agak tinggi dan gurgling. Gurgel yang keras mengindikasikan hiper[eristaltis borborygmi (stomach growling). Suara usus besar akan lebih tingggi ketika usus halus berada dibawah tegangan, seperti kerusakan usus halus. Perawat harus mendengar suara yang timbul, hilang, meningkat, berkurang, high pitch, tinkling, gurgling, dan rushing. Normalnya tidak ada bruit aortic yang terdengar. Bruit dapat terdengar dengan baik dengan bel stetoskop. Suara desiran atau dengungan mengindikasikan aliran darah turbulen.


c.      Perkusi.
Tujuan dari perkusi abdomen adalah untuk memeriksa adeanya distensi dan massa. Gelombang suara berbeda-beda berdasarkan densitas jaringan dasar, adanya produksi udara dengan suara tinggi, suara bergaung seperti timpani. Perawat harus melakukan perkusi pada semua kuadran empat dan mengkaji distribusi timpani dan ketumpilannya. Timpani merupakan perkusi utama dari suara abdomen. Untuk memperkusi hati, perawat harus, memulai di bawah umbilicus dikanan garis midclavicular dan memperkusi kea rah atas sampai suara tumpul terdengar, kemudia periksa batas bawah suara tumpul hati. Setelah itu perawat harus memulai pada garis sekitar putting sus di sebelah kanan garis midclavicular, kemudian perkusi kea rah bawah antara tulang iga sampai area suara tumpul terdengar dibawah batas hati. Daerah puncak atau daerah vertikal antara dua area harus diperiksa untuk mengetahui ukuran hati. Jarak normal puncak liver dengan garis midclavicular kanan adalh 2,4-5 inchi (6-12 cm).


d.    Palpasi.
Cahaya pada palpasi digunakan untuk mendeteksi kelembutan liver dan hipersensitif cutaneous, resisten otot, masa, dan bengkak. Hal ini juga dapat membantu relaksasi untuk palpasi yang lebih dalam. Perawat harus merapatkan jari dan palpasi lembut dengan ujung jari, tekan dinding abdomen sekitar 0,4 inchi (1 cm). palpasi semua kudran dengan palpasi yang lembut. Palpasi yang dalam digunakan untuk menggambarkan organ abdomen dan massa. Gunakan telapak tangan dan jari untuk penekanan yang lebih dalam. Palpasi semua kuadran. Ketika mempalpasi massa, perawat harus mencatat lokasi, ukuran, bentuk, dan keempukannya. Ekspresi wajah pasien diobservasi selama melakukan palpasi ini karea hal itu merupakan isyarat non verbal dari ketidaknyamanan atau nyeri.. metode alternative untuk mempalpasi abdomen yang lebih dalam adalah dengan metode dua tangan. Satu tangan diletakkan di atas tangan yang lain, jari-jari tangan atas menekan jari-jari didasar tangan untuk merasakan organ dan massa. Perawat harus menggunakan kedua metode palpasi ini untuk melihat mana yang lebih efektif. Area abdomen yang bermasalah dapat di periksa pada sekitar keempukan dengan menekan dengan lembut dan kuat diatas bagian yang nyeri. Karena pengkajian di sekitar daerah yang lembut dapat menyebabkan nyeri dan beberapa otot kejag, sehingga hanya dilakukan oleh praktisi yang berpengalaman.

Untuk mempalpasi hati, tangan kiri perawat diletakkan di samping pasien untuk menyokong iga ke 11 dan 12. perawat harus meletakkan tangan kiri dan meletakkan tangan kanan di sebelah kanan lateral abdomen pasien sampai otot rectus. Ujung jari diletakkan bawah perbatasan bawah daerah tumpul hati dan kearah pinggir costal. Perawat harus menekan kedalan dank ke atas dengan hati-hati. Pasien harus mengambil nafas dalam sehingga hati turun dan ini merupakan posisi yang baik untuk palpasi. Perawat harus merasakan tepi hati dengan jari-jari tangan. Tepi hati harus kuat, tajam, dan lembut. Permukaan garis luar dan kelembutan lainnya seharusnya dapat dirasakan..
Untuk palpasi limpa, perawat harus bergeser ke sisi kiri pasien. Perawat meletakkan tangan kirinya dibawah pasien kemudian sokong dan tekan iga kiri bawah dan teruskan kedepan. Tangan kanan diletakkan dibawah pinggir kiri costal dan tekan kea rah limpa. Perawat meminta pasien untuk mengambil nafas dalam. Ujung atau tepi limpa yang besar mungkin dapat dirasakan jari tangan. Limpa normalnya tidak jelas teraba, karena jika jelas teraba, perawat jangan melanjutkan palpasi karena penekanan secara manual pembesaran limpadapat menyebabkan limpa pecah.

Standar pendekatan untuk pemeriksaan abdomen dapat digunakan pada dewasa tua. Palpasi sangat penting untuk mendeteksi tumor. Jika pasien mempunyai penyakit obstruksi paru kronik, paru-paru yang besar, atau diafragma yang rendah, hati dapat dipalpasi 0,4-0,8 inchi (1-2 cm) dibawah pinggir kanan costal.



3.     Rectum dan anus.
Area perianal dan anal harus diperiksa warna, tekstur, bengkak, kemerahan, bekas luka, eritem, celah, dan hemorrhoid eksternal. Pada beberapa daerah yang bengkak atau daerah lain yang tidak biasa harus di palpasi dengan menggunakan sarung tangan.
Untuk pemeriksaan rectum digital, indeks lumbrikan jari diletakkan berlawanan dengan anus ketika pasien tegang (valsavas’s maneuver), kemudian ketika spincter ralaksasi, jari dimasukkan dan di arahkan ke umbilicus. Perawat harus mebuat pasien relaks. Jari dimasukkan ke dalam rectum sejauh mungin dan semua permukaan harus terpalpasi. Nodul, kelembutan atau ketidakteraturan lainnya hatus di kaji. Contoh feses dapat diambil dengan sarung tangan dan harus diperiksa ada atau tidaknya darah.








Pemeriksaan Diagnostik
Banyak prosedur diagnostic dalam system gastrointestinal yang memerlukan tindakan membersihkan saluran gastrointestinal, seperti ingesti atau injeksi medium kontras atau pencelupan radiopaque. Perawat harus memonitor lebih dekat untuk meyakinkan hidrasi dan nutrisi yang adekuat selama pemeriksaan. Beberapa diagnosa system gastrointestinal terasa sulit dan tidak nyaman untuk dewasa tua, sehingga penyesuaian diri dibutuhkan. Hal ini penting untuk mencegah diare dari prosedur pembersihan usus bear dan dehidrasi dari pembatasan cairan yang cukup panjang.
Banyak radiology studies yang menggunakan barium sulfate atau meglumine diatrizonate (gastrografin) sebagai medium kontras. Barium sulfat lebih efektif untuk melihat detail mukosa. Gastrografin dapat larut dalam aior dan mudah diserap, sehingga lebih disukai untuk pasien yang didiagnosa mengalami perforasi. Meluapnya barium ke dalam lubang peritoneal dapat menyebabkan peritonitis.

pembelajaran
Rencana tindakan dan tujuan
Rasional
1.     Radiologi ultrasound
 










·        Ultrasonografi abdomen




·        Hepatobiliary uftrasound





·        GB ultrasound














2. Imaging Nudear Scans















·        Pengosongan lambung (gastric)























·        Scan Hati dan limpa

















3. Computed Tomography (CT)
















4.  Magnetik Resonance Imaging (MRI)












5. Kolonoskopi
 gastrointestinal bagian atas

·        Esopagogastrik duonoskopi




























·        Colonoskopi

















































·        progmosigmoidoskopi
























6. Endoskopi retrograde cholongiopankreathography
























·        peritoneoskopi (laparoskopi)
















7. Darah kimia

·        serum amylase











·        serum lipase






7. biopsy hati






































9. tes miskelaneus

·        analisis lambung


























·        analisis fecal








10. tes miskelaneus

·        sylose

















·        duodenum drainase
Prosedur non-invasif ini
 menggunakan frekuensi
tinggi gelombang suara (ultrasound gelombang),
yang diteruskan ke struktur tubuh dan sebagai
gambaran yang dibatasi dengan Sebuah kondukti gel (pelumas jelly) yang diterapkan pada kulit dan bagian tertentu


mendeteksi massa abdomen
(tumor dan kista) dan juga
digunakan untuk menilai berat jenisnya.

subphrenic mendeteksi abses,
kista, tumor, dan sirosis yang
digunakan untuk
memvisualisasikan duktus bilier.

mendeteksi batu empedu  (tinggi akurasi) dan dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit kuning atau reaksi alergi terhadap kontras GB media






Tujuannya adalah untuk menunjukkan ukuran, bentuk, dan posisi organ. Gangguan fungsional  cacat struktural dapat diidentifikasi
Radionuklida
(isotop  radioaktif)injeksi melalui IV dengan perangkat emisi radioaktif, dengan pelacak dosis isotop radioaktif

Studi radionuklida digunakan untuk menilai kemampuan perut dalam mengelola makanan padat atau cairan. Dalam pengosongan dapat dengan pemasakan putih telur dengan TC 99m lalu dimakan dan  pengosongan dengan cairan jus jeruk dengan Tc-99m dan diminum. gambar dari kamera gamma direkam 2min hingga 60 menit. digunakan pada pasien dengan gangguan pengosongan dari ulkus peptikum, operasi  ulkus, diabetes, atau keganasan lambung
.

Pasien diberikan suntikan IV dan diposisikan di bawah kamera untuk merekam distribusi radioaktivitas dalam hati dan limpa. Pada orang normal, intensitas gambar hati dan limpa sama. 
berguna dalam mendeteksi hepatomegali, penyakit
hepatoseluler, hepatik keganasan, dan splenomegali.

Radiologic noninvasive dengan
 menggabungkan pemeriksaan
sinar-x menggunakan mesin CT (eksposur pada kedalaman yang berbeda) dengan komputer. Studi mendeteksi saluran bilier terutama hati, dan gangguan pankreas. Penggunaan media kontras densitas menonjolkan perbedaan dan membantu mendeteksi masalah bilier.

Prosedur non-invasif radiof requency menggunakan gelombang dan medan magnet. Prosedur ini digunakan untuk mendeteksi hepatik metastasis, sumber pendarahan Gl, dan untuk

Tahap kanker kolorektal.




 Teknik visualisasi langsung pada lapisan mukosa esofagus, lambung, dan duodenum yang fleksibel, dapat menggunakan video imaging untuk memvisualisasikan pergerakan perut. Peradangan, ulkus,
tumor, varises, atau Mallory-Weiss tear dapat dideteksi.











Studi visualisasi langsung ke usus besar hingga ileosekum katup dengan lingkup fiberoptic yang fleksibel.
Posisi pasien sering diubah selama prosedur untuk membantu pemeriksaan sekum. Tes ini digunakan dalam mendiagnosa penyakit inflamasi usus, mendeteksi tumor, dan pelebaran usus. Prosedur
 Ini untuk pengakatan polip kolon tanpa laparotomi





















Studi secara langsung visualisasi rektum dan sigmoid colon dengan endoskopi dinyalakan.
meja khusus digunakan untuk memiringkan pasien ke posisi lutut-dada. Tes ini dapat
mendeteksi tumor, polip, peradangan dan penyakit menular, dan wasir.








Fiberoptic endoskopi  dimasukkan melalui rongga mulut sampai ke dalam duodenum,. Media kontras disuntikkan ke duktus dan langsung visualisasi struktur. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengambil batu empedu dari distal CBD, melebarkan striktur, biopsi tumor, dan prosedur diagnosa








Rongga divisualisasikan dengan laparoskop. Spesimen biopsi juga mungkin diambil Teknik ini dapat menghilangkan laparotomi pada banyak pasien.







sekresi amyiase oleh pankreas dan penting dalam mendiagnosis pankreatitis akut. Tingkat amyiase puncak dalam 24 jam dan kemudian turun menjadi normal dalam 48-72 jam. Tergantung pada metode, normalnya 0-130 U
 / L (0-2,17 ukat / L).

sekresi lipase oleh pankreas. Level tetap tinggi lebih lama dari serum amyiase. normal 0-160 U / L (0-2,66 (ikat / L).

Prosedur invasif menggunakan jarum disisipkan antara keenam dan ketujuh atau kedelapan dan kesembilan interkostalis ruang di sisi kanan untuk memperoleh spesimen jaringan hepatik.






















untuk menganalisa isi lambung, keasaman dan volume. tabung dimasukkan kedalam lambung dan disedot. Isi dianalisis terutama untuk asam klorida, tetapi pH, pepsin, dan elektrolit. pentagastrin dapat digunakan untuk merangsang sekresi asam klorida. Exfoliative sitologi bisa dilakukan untuk menentukan apakah sel-sel ganas dengan berpuasa, normal adalah 2,5 mEq / L (2,5 mmol / L) dan volume normal adalah 62 ml / jam, keasaman normal adalah 1,5 mEq / L (1,5 mmoMJ dan volume normal adalah 110 ml / jam.

Bentuk, konsistensi, dan warna dicatat. Spesimen yang diperiksa lendir, darah, nanah, parasit, dan Pengujian kandungan lemak darah okultisme  


Melibatkan tes penyerapan xylose, sebuah monosacharide, diberikan dengan campuran air. Semua jam urin dikumpulkan selama 5 jam dan jumlah o-Xylose diekskresikan dan diukur. Temuan normal adalah 20% dari xylose dikeluarkan dalam 5 jam. Kadar xylose juga dapat diperoleh 1 jam setelah konsumsi (terutama pada lansia).

Duodenum isinya disedot oleh lumen lumen tabung-satu di perut dan duodenum. Isi duodenum dianalisis untuk enzim, darah, empedu, sel-sel ganas, kolesterol kristal, dan volume.
Sadarilah bahwa Bowel harus bersih dan jelas karena bahan yang padat di saluran Gl menyebabkan perubahan dalam suara dan yang tercermin di USG tidak menular, baik melalui gas atau udara. Periksa sebelum tes barium dan enema

Sama seperti diatas




Bowel harus bersih.
Jelaskan prosedur pada paisen


Memeriksa cairan bening selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
Berikan laksative malam hari sebelum dan sesudah membersihk enema setelah pemeriksaan.Jauhkan pasien NPO 8 jam sebelum prosedur.

 Beritahu pasien bahwa zat berisi radioaktivitas tidak
menimbulkan bahaya.







Sama seperti diatas
















Sama seperti diatas











Jelaskan prosedur pada pasien. mengetahui
 kepekaan yodium terhadap kontras yang digunakan







Pasien NPO selama 6 jam sebelum prosedur.
Jelaskan prosedur untuk pasien kontraindikasi pada pasien dengan penempatan  alat pacu

jantung atau yang sedang hamil



Sebelum prosedur, pasien tetap NPO selama 8 jam. Pastikan persetujuan ditandatangani Berikan obat bila diperlukan seperti
(diazepam, midazolam, atau meperidine).
pasien tetap NPO sampai refleks gagguan  kembali normal. Gunakan salin gargles hangat untuk menghilangkan sakit tenggorokan. Periksa suhu P15-30min selama 1-2 jam (suhu tiba-tiba meningkat adalah tanda perforasi).

Sebelum prosedur, awasi
 Pasien 1-3 hari dari cairan bening dan NPO selama 8 jam.
Berikan pencahar (laksative) 1-3 hari sebelum dan sesudah pemersihan enema
 malam sebelumnya. Jelaskan kepada pasien masuknya informasi
 mengenai lingkup sebagai untuk
 sigmodoscopy. Jelaskan kepada pasien yang akan diberikan sedasi..
Setelah prosedur, perlu diketahui bahwa pasien mungkin mengalami kram perut yang disebabkan oleh rangsangan dari gerak peristaltik karena bowel pasien terus meningkat dengan udara selama prosedur. Amati dan tanda-tanda pendarahan anus dan perforasi
(misalnya, malaise, abdomen distensi,
 tenesmus). Periksa
 tanda-tanda vital.

Pemeriksaa enema pagi dan  malam sebelum dan sesudah prosedur.
Jelaskan kepada pasien posisi lutut-dada (kecuali pasien yang lebih tua atau sakit parah), perlu mengambil napas dalam-dalam selama persiapan dan dorongan untuk buang air besar. Mendorong pasien untuk rileks dengan perut dilemaskan. Amati
pendarahan anus setelah polypectomy atau biopsi.

Sebelum melakukan
 prosedur, dijelaskan lebih dahulu pasien, Jauhkan pasien NPO selama 8 jam sebelum prosedur. Pastikan formulir persetujuan ditandatangani.
Setelah prosedur, periksa tanda-tanda vital. Periksa tanda-tanda perforasi atau infeksi. Sadarilah bahwa pankreatitis adalah komplikasi yang paling umum



Pastikan izin ditandatangani oleh pasien. Jauhkan pasien dari NPO selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Pastikan bahwa kandung kemih dan usus dikosongkan. kemungkinan komplikasi perdarahan dan perforasi usus setelah prosedur.

Memperoleh sampel darah dalam serangan pankreatitis akut. Jelaskan prosedur kepada pasien.




Jelaskan prosedur kepada pasien



Sebelum prosedur, cek status koagulasi
 penggumpalan atau pendarahan waktu
periksa tanda-tanda vital menarik nafas ketika jarum dimasukkan. Pastikan bahwa persetujuan telah ditandatangani.
Setelah prosedur, periksa tanda-tanda vital untuk mendeteksi perdarahan q15min x 2, q30min x 4, qlhr x 4. Pasien tetap berbaring di sisi kanan untuk minimal 2 jam untuk belat situs tusukan. Jauhkan pasien di tempat tidur dalam posisi datar 12-14 jam. Mengkaji pasien terjadi komplikasi seperti
empedu peritonitis,
shock, pneumotoraks.



Jauhkan pasien dari NPO selama 8-12 jam.. Memastikan tidak merokok (nikotin meningkatkan sekresi lambung).












Amati kotoran pasien. Kumpulkan spesimen tinja. Periksa Hemoccurt atau darah dengan pelaksanaan diet


Jauhkan pasien NPO selama 10-12 jam sebelum tes. Pastikan bahwa pasien
mengosongkan kandung kemih sebelum xylose diberikan secara oral





Jelaskan prosedur pada pasien.













          Lower Gastrointestinal adalah untuk mengamati pergerakan media kontras melalui kerongkongan dan ke dalam perut dengan fluoroskopi dan pemeriksaan x-ray. Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi kelainan esofagus dan perut seperti striktur esofagus, varises, polip, tumor, hiatus hernia, dan ulkus peptikum di lambung atau duodenum
tindakan Prosedur terdiri dari pasien menelan dan kemudian mengasumsikan posisi yang berbeda di meja x-ray. Gerakan medium kontras diamati dengan fluoroskopi dengan  x-ray          


          Lower Gastrointestinal Series, Tujuannya untuk mengamati dengan cara fluoroskopi dengan x-ray pada usus besar yang berisi. Prosedur ini mengidentifikasi polip, tumor, dan lain ir lemon. kolon. contrast barium enema memberikan visualisasi yang lebih baik pada peradangan penyakit polip, dan


          Oral Cholecystogram. Tujuan dari (seri kandung empedu) adalah untuk memvisualisasikan kantong empedu. digunakan untuk menentukan kemampuan kantong empedu untuk berkonsentrasi, digunakan untuk mendeteksi batu empedu, dan gangguan empedu.


          Endoscopy mengacu pada visualisasi langsung dari sebuah struktur tubuh melalui instrumen yang terang (ruang lingkup). Sebagian besar saluran pencernaan dapat dilihat dengan endoskopi, yang dapat diperiksa oleh indude endoskopi fiberoptic kerongkongan, perut, duodenum, dan usus besar, dengan bantuan fluoroskopi dan x-ray.



          Fiberscope adalah alat saluran yang sitologi biopsi. Komplikasi utama adalah perforasi GI endoskopi, Komplikasi ini dikurangi dengan penggunaan yang fleksibel fiberoptic. Selain prosedur diagnostik, banyak prosedur invasif dan terapi dapat dilakukan dengan endoscopes, seperti polypectomy, sclerosis dari varises, perawatan laser, pendarahan cauterization situs, papillotomy, saluran empedu,


          Biopsi hati Tujuan dari biopsi hati adalah untuk mendapatkan jaringan hepatik yang digunakan dalam menetapkan diagnosis seperti sirosis, hepatitis, dan neoplasma. Ini mungkin juga akan berguna untuk mengikuti perkembangan penyakit hati.

Tidak ada komentar: