KEHAMILAN EKTOPIK
A. PENGERTIAN
Kehamilan Ektopik (Kehamilan Diluar Kandungan) adalah suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim, yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul maupun rongga perut.
(http://medicastore.com/penyakit/570/Komplikasi_Kehamilan.html)
Kehamilan ektopik terjadi bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium rongga uterus. Biasanya kehamilan ini terjadi di saluran falopii (tuba falopii), uterus (diluar endometrium rongga uterus), ovarium, intraligamenter, rongga abdomen (perut), dan kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus.
(http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=7)
Sebagian besar penyebab tidak diketahui. Tiap kehamilan diawali dengan pembuahan sel telur di bagian ampulla tuba ( ujung tuba ), dan dalam perjalanan ke uterus hasil konsepsi tersebut mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat dengan adanya beberapa faktor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi panggul, penggunaan IUD ( spiral ), dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum uteri). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi, istilah ektopik dapat diartikan sebagai "berada di luar tempat yang semestinya".
(http://forum.tabloidnova.com/showthread.php?t=456)
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh terjadinya hambatan pada perjalanan sel telur, dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
Lokasi tersering dari kehamilan ektopik terjadi pada daerah saluran telur, dengan frekuensi tertinggi pada daerah ampula. Daerah ampula adalah suatu daerah yang melebar pada saluran telur.
B. FAKTOR RISIKO
- Riwayat menderita kehamilan ektopik sebelumnya
- Penyakit peradangan panggul (pelvic inflamatory disease)
- Infeksi saluran telur (salpingitis)
- Riwayat operasi tuba
- Endometriosis
- Pemakaian hormon estrogen dan progesteron (misalnya, pada kontrasepsi)
- Cacat bawaan (abnormalitas kongenital) dari saluran telur
- Patologi tuba atau suatu kondisi gangguan pada tuba: Salpingitis, kegagalan kontrasepsi, hormonal, dan kelainan embrional.
- Faktor uterus,
Tumor rahim yang menekan dan uterus hipopiastis.
- Faktor tuba,
Penyempitan lumen tuba oleh infeksi endosalfing, tuba yang sempit, panjang dan berlekuk-lekuk, gangguan fungsi rambut, operasi, dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya, perekatan peritubal, dan lekukan tuba, lumer kembar dan sempit.
- Faktor ovum,
Perletakan membran granulosa, rapid cell devision dan migrasi internal ovum.
(http://forum.tabloidnova.com/showthread.php?t=456)
C. TANDA & GEJALA
Beberapa Gejala dan tanda yang didapatkan pada kehamilan ektopik, yang harus diwaspadai:
• Tanpa gejala 5%
• Nyeri abdomen 90-100%
• Amenorea 75-90%
• Perdarahan pervaginam 50-80%
• Riwayat infertilitas
• Penggunaan kontrasepsi
• Riwayat kehamilan ektopik
• Nyeri tekan abdomen/adneksa 75-95%
• Teraba massa 50%
• Demam 5-10%
• spotting dan kram
• Tidak mendapatkan menstruasi
• wajah yang pucat
• nyeri goyang serviks
• cairan bebas intraabdomen
• penonjolan kavum Douglas (kuldosentesis)
• kesadaran yang menurun atau lemah
• nyeri bahu dan bagian samping leher serta nyeri perut yang disertai perut yang menegang
• shock akibat kehilangan banyak darah.
• Nyeri perut bagian bawah yang sangat dan berawal dari satu sisi, kemudian ke tengah, dan ke seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba. Penderita bisa sampai pingsan dan syok.
Pada kehamilan yang abdominal, janin berkembang di dalam rongga perut. Karena tempat pertumbuhan tidak sempurna, janin tidak tumbuh secara normal atau bahkan mati. Selain itu, dapat pula terjadi suatu infeksi yang dapat membahayakan janin. Dalam hal ini, gejala awal yang harus diperhatikan adalah tanda-tanda pada kehamilan, seperti rasa mual, muntah, tidak menstruasi dan rasa nyeri pada satu atau kedua sisi perut bagian atas, bawah, atau seluruh bagian perut. Bahkan terdapat pula bercak darah atau pendarahan yang biasanya berwarna hitam. "Rasa nyeri yang dirasakan pada perut bawah biasanya terjadi pada kehamilan sekitar 6-8 minggu dan bisanya juga disertai dengan pingsan.
Gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan kram. Gejala ini timbul karena ketika janin mati, lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada menstruasi yang normal. Jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. Jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan. Jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah. Biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah, lalu pingsan. Gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut.
Kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. Keadaan ini menyebabkan kram dan spotting. Janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16. Jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. Pada USG rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat darah.
Laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik secara langsung.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis, yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. Berbeda dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak membeku.
Biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan kehamilan ektopik. Pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam tuba dan janin serta plasenta diangkat. Tuba dibiarkan terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan penderita sulit untuk hamil lagi. Prosedur ini kadang dilakukan melalui suatu laparoskopi.
Jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat diperbaiki, maka tuba harus diangkat. Jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat metotreksat.
Apa saja yang menunjang terjadinya perbaikan dalam penurunan angka kematian pada kehamilan ektopik, diantaranya adalah:
• Deteksi dini
• Monitor ultrasonografi
• Tehnik operatif
• Anestesia dan produk darah
Lokasi terjadinya kehamilan ektopik:
• Tubal 97,7%
• Insterstitial 1,3%
• 1/3 proksimal 12%
• 1/3 tengah 38%
• 1/3 distal 41%
• Fimbrie 5%
• Abdominal dan intra ligamen 1,4%
• Uterus: Servikal 0,2%,Kornu 0,6%,
• Ovaria 0,2%
D. TERAPI/PENATALAKSANAAN
• EKSPEKTATIF
• OPERATIF
• LAPAROSKOPI/ LAPARATOMI
• RADIKAL
• KONSERVATIF
• MTX, RU 486 (mefipristone), glukosahiperosmolar
Ekspektatif yaitu tidak dilakukan operasi, namun dengan syarat2 tertentu, yaitu:
• Asimtomatik/tanpa gejala, kadang2 belum jelas benar apakah ini suatu kehamilan ektopik atau bukan
• Kadar awal BHCG bhcg<1000
• Diameter massa< 30 mm
• Penurunan BHCG
1. Operatif radikal : operasi ini dilakukan bila sudah terjadi robeknya tempat implantasi, misalnya tuba sudah robek compang camping, sehingga tidak dipertahankan lagi keutuhan tuba atau saluran telur
• Salpingektomi
• ovarektomi
2. Operatif konservatif : jika tuba masih dapat dipertahankan
• Salpingotomi
• Salpingostomi
• Fimbriektomi: angka rekuren ektopik tinggi (24%)
• Salpingektomiparsial
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan kadar hormon progesteron
- Pemeriksaan kadar HCG serum
- Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan untuk ibu hamil yang dianjurkan :
1. Pemeriksaan fisik secara umum
2. Pemeriksaan daerah perut (abdomen)
3. Pemeriksaan rongga panggul (pelvis)
Dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam tuba falopii. Di dalam tuba, dengan dorongan dari rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa hari, sel telur akan mencapai rahim. Biasanya sel telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di dalam rahim.
Jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan. Sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke rahim dan terjadilah kehamilan ektopik.
Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada:
- Kelainan tuba falopii
- Sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik
- Pemakaian DES (dietilstilbestrol)
- Kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi : pengikatan/pemotongan tuba).
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/570/Komplikasi_Kehamilan.html
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=7
http://forum.tabloidnova.com/showthread.php?t=456
Tidak ada komentar:
Posting Komentar