Rabu, 26 Mei 2010

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT DHF

BAB I
PENDAHULUAN

Bab I (pendahuluan) ini kami mencoba membahas mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan untuk melengkapi makalah mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Cairan, Elektrolit dan Darah (DHF).

A. Latar Belakang
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
Dangue Haemoragic Fever saat ini adalah endemik di Asia Tropik, Pulau Pasifik Selatan, Australia Utara, Afrika Tropik, Karibia, dan di Amerika Tengah dan Selatan.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Anak yang terjangkit demam berdarah di wilayah Indonesia semakin melonjak dari tahun ke tahun, bahkan hingga menyebabkan kematian. Hal tersebut menjadi kejadian luar biasa di berbagai daerah. Dangue Haemoragic Fever merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
Untuk menurunkan angka kejadian tersebut diperlukan upaya dari seluruh warga masyarakat dan peran tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan dalam mencegah dan menanggulangi terjangkitnya demam berdarah. Untuk mengatasi masalah klien dengan demam berdarah, perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Dalam melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif perawat harus memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit demam berdarah dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan demam berdarah sehingga pada pelaksanaannya perawat dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam melakukan proses keperawatan dari mulai pengkajian hingga evaluasi dan memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang tepat pada klien. Oleh karena itu kami membuat makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Cairan, Elektrolit dan Darah (DHF).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini, kami membagi 2 (dua), yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan tersebut adalah:
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi secara umum mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan cairan, elektrolit dan darah (DHF)
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan secara umum mengenai Dangue Haemoragic Fever (DHF)
b. Menjelaskan tanda dan gejala terjangkit dangue haemoragic fever (DHF)
c. Memberikan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DHF

C. Ruang Lingkup Penulisan
Makalah ini membahas mengenai konsep dasar dangue haemoragic fever (DHF) yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan serta asuhan keperawatan pada anak dengan dangue haemoragic fever mulai dari pengkajian hingga evaluasi.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami lakukan dalam makalah ini adalah melalui study kepustakaan dari berbagai literature buku maupun internet.


E. Sistematika Penulisan
Makalah ini kami bagi menjadi tiga bab yang tersusun secara sistematis, yaitu bab satu merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab dua yaitu tinjauan kepustakaan yang berisi konsep dasar yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan. Dan Asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kemudian pada bab tiga adalah pembahasan keterkaitan antara konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan dangue haemoragic fever. Berikutnya bab lima, yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Terakhir kami juga melampirkan daftar pustaka sebagai sumber referensi untuk melengkapi penulisan makalah ini.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy, 1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson, 2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologi
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

3. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DBD adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra vaskuler. Demam terjadi karena virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti membentuk antibodi terhadap penyakit. Setelah terjadi virus-antibodi dalam system sirkulasi, akan mengakibatkan aktifnya system komplemen (suatu system dalam sirkulasi darah terdiri dari 11 komponen protein dan beredar dalam bentuk yang tidak aktif serta labil terhadap suhu panas). Bila system komplemen aktif maka tubuh akan melepaskan histamin yang merupakan mediator kuat yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Tingginya permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma yang berlangsung selama perjalanan penyakit sejak permulaan masa demam dan mencapi puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai 30 % atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak teratasi, akan menyebabkana anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian.
Perdarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (Protrombin, factor V, VII, IX, X dan fibrinogen). Perdarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus gastrointestinal.

4. Tanda Dan Gejala
a. Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari.
b. Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet positip karena terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perdarahan dalam lambung, melena dan juga hematuria massif
c. Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat demam menurun. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, tekanan nadi menyempit sampai tak terukur, anak sangat gelisah.
d. Hepatomegali pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekdar diraba sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah terjadi perdarahan.
Pada penderita DBD sering dijumpai pembesaran hati, limpa kalenjar getah bening atau kembali normal pada masa penyembuhan. Pada penderita yang mengalmi renjatan akan mengalami sianosis perifer, kulit teraba lembut dan dingin, hipotensi, nadi cepat dan lemah. Derajat beratnya DBD berdasar patokan WHO 1975, yaitu:
1) Derajat I : Demam disertai gejala infeksi tak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquaet positif.
2) Derajat II : Derajat I ditambah perdarahan spontan dikulit atau ditempat lain.
3) Derajat III : Renjatan (kegagalan sirkulasi) yang ditansi dengan nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai dingin lembab dan gelisah
4) Derajat IV : Renjatan dalam dengan nadi tak teraba dan tensi tak teratur

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium
a. Darah
Hasil yang didapat dari pemeriksaan darah antara lain adalah:
1) Trombosit menurun.
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang)
2) HB meningkat lebih 20 %
Hemokonsentrasi yang dapat dilihat
3) HT meningkat lebih 20 %
Meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai
hematokrit pada masa yang konvalen
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

Untuk lebih meyakinkan diagnosa, maka dilakukan tes Serology : HI (hemaglutination inhibition test), pemeriksaan radiologi, rontgen thorax untuk efusi pleura, pemeriksaan fisik (rumple leed test), uji test tourniket dengan hasil positif.

6. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan supportif dengan tujuan mengganti cairan intra vascular dan memperbaiki keadaan umum pasien
Ada tiga fase penatalaksaan penderita DHF secara umum yaitu ;
a. Fase Demam
1) Pengobatan simtomatik dan supportif
a) Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam, kompres hangat dapat diberikan apabila pasien masih tetap panas.
b) Pengobatan supportif dapat diberikan untuk merehidrasi cairan yang hilang yaitu dengan pemberian ; larutan oralit, jus buah-buahan dan lain-lain
2) Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrsi dan muntah hebat segera koreksi dengan memberiakan cairan parenteral
3) Semua tersangka demam berdarah harus diawasi ketat setiap hari sejak sakit hari ketiga.

b. Fase Kritis
1) Rawat dibangsal khusus sehingga mudah untuk diawasi
2) Observasi tanda vital, asupan dan keluaran cairan dalam lembar khusus
3) Berikan oksigen pada penderita dengan syok
4) Hentikan perdarahan dengan tindakan tepat
5) Pemberian cairan intra vena

c. Fase Penyembuhan
Cairan intra vena dihentikan. Bila ditemukan gejala napsu makan tidak meningkat atau perut terlihat kembung maka dapat diberikan buah-buahan atau oralit untuk menanggulangi gangguan elektrolit.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan dangue haemoragic fever dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

Adapun hal-hal yang perlu di lakukan pengkajian pada pasien dangue haemoragic fever, antara lain:
1) Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja, dan dewasa (Effendy, 1995).
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual, dan nafsu makan menurun.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4) Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bias ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya linkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti genangan air di kaleng bekas, ban bekas, dan tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, serta bak mandi jarang dibersihkan.
7) Riwayat tumbuh Kembang

2. Diagnosa keperawatan
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :
a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
Tujuan :
Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji KU dan kondisi pasien
2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan
Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil
Suhu tubuh kembali normal
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
Kriteria hasil
Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
Intervensi
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan
Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.

f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan
Shock hipovolemik dapat teratasi
Kriteria hasil
Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.




Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif/ evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif/ evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C)
b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
e. Pengetahuan keluarga bertambah.
f. Shock hopovolemik teratasi.










BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dengue Hemorragic Fever (DHF) disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa oleh arthopoda. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Dengan mengetahui tanda dan gejala terjadinya demam berdarah para orang tua dapat mewaspadai terjadinya demam berdarah dan melakukan upaya yang tepat untuk perawatan pada anak. Tanda dan gejala tersebut, antara lain demam tinggi selama 5 – 7 hari, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi, perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma, epistaksis, hematemisis, melena, hematuri, nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati, sakit kepala, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening serta tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien akan sangat membantu proses penyembuhan dan mengurangi derajat kecemasan pada keluarga. Dengan melakukan pengkajian, maka akan diperoleh data yang akan menunjang masalah pasien. Perumusan diagnosis yang tepat akan membantu dalam merumuskan perencanaan keperawatan. Dalam menentukan dan menyusun intervensi keperawatan, harus didasarkan pada kebutuhan pasien yang sangat mendesak. Implementasi keperawatan harus sesuai dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.
Fokus utama pada masalah demam berdarah adalah pencegahan. Pembenahan kebersihan lingkungan sekitar kita akan membantu proses pencegahan terjadinya Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. Dengan lingkungan bersih, maka akan tercipta hidup sehat tanpa adanya penyakit baik DBD maupun penyakit lainnya.

Tidak ada komentar: