Senin, 01 November 2010

Kendalikan Emosi !

Seorang muslim tidak melakukan kesalahan yang sama lebih dari dua kali. Terdapat jenis kesalahan yang terus berulang karena kita tidak dapat mengendalikan emosi. Maka, strategi berikutnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama lebih dari dua kali adalah kendalikan emosi agar kita tidak tergoda melakukannya lagi.

Contoh yang mudah berkenaan dengan ini adalah amarah. Amarah bukan sifat yang haram ada dalam diri seorang muslim, tetapi amarah adalah sifat yang mesti ditempatkan secara hati-hati. Marah terhadap ketidakadilan, marah kepada pelaku kejahatan, marah dalam peperangan, merupakan contoh dari penempatan yang tepat. Energi kemarahan ditumpahkan dalam wadah kejadian yang tepat.

Amarah apabila ditempatkan secara keliru akan melahirkan banyak mudhorot. Amarah yang berlebihan juga banyak melahirkan jenis kesalahan yang akan kita sesali. Belum lama, ada kejadian seorang bapak yang tak sengaja mencelakai anaknya sendiri. Lelah sepulang kantor, stres karena mengalami kemacetan, masalah pekerjaan dan rizki yang tak lancer, membuatnya kehilangan kesabaran saat si anak menyambutnya di depan pintu rumahnya dengan permintaan uang untuk membeli sesuatu yang sangat tidak penting. Sang ayah terpancing, tak mampu mengendalikan dirinya. Sontak dipukullah anaknya dengan penuh amarah tepat di kepalanya. Anaknya langsung pingsan dan mengalami masalah serius di rumah sakit.

"Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS At - Taghaabun : 14 )

Ayat diatas menekankan kepada kaum muslimin agar bersabar dalam menghadapi keluarga. Sebagian besar kecelakaan lalu lintas terjadi gara-gara orang tidak pandai mengendalikan emosi. Yusuf Qhardawi pernah menulis bahwa syetan paling banyak beroperasi di jalan raya. Terkadang amarah kita sudah tersulut hanya gara-gara sepele, misalnya kendaraan kita disalip, tersinggung karena kendaraan belakang banyak mengklakson, dsb. Kendalikan emosi, maka akan banyak kesalahan yang takkan terulang lagi. Bersabar adalah kualitas yang harus ada dalam diri seorang muslim. Allah jelas memerintahkan ini dalam firmanNya :

"dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka Sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri." (QS Ath-Thuur : 48)

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS Ali-Imran : 200)


Catatlah dampak negatifnya sebanyak mungkin, sehingga kita takut akan terulang.

Nah, pertanyaanya, mengapa suatu perbuatan atau amalan bisa dikerjakan berulang kali? Salah satu sebabnya adalah karena di dalam perbuatan itu terkandung manfaat yang banyak dan besar. Semakin banyak dan besar manfaat yang dilahirkan dari satu perbuatan, maka akan semakin besar dorongan untuk mengulangi lagi perbuatan tersebut.

Demikian pula dengan kesalahan, suatu perbuatan yang keliru dan amalan yang buruk, dihindari karena didalam perbuatan tersebut terkandung keburukan yang merugikan. Maka, salah satu strategi agar seorang muslim tidak melakukan kesalahan yang sama lebih dari dua kali adalah mencatat dampak negatif dari sebuah kesalahan sebanyak mungkin, sehingga kita akan takut mengulanginya lagi.

Mari kita sambung ilustrasi di atas, mengenai seorang bapak yang lepas kendali sehingga memukul anaknya sendiri. Dirumah sakit sang bapak dengan penuh penyesalan, mengkalkulasi efek buruk dari perbuatan kelirunya. Pertama, nasib sang anak. Ia mengalami gegar otak. Nyawanya terancam, kemampuan pikirannya juga terancam. Beruntung kalau dia bisa pulih seperti sedia kali. Belum lagi efek negatif psikologisnya, si anak bisa sakit hati keapada sang ayah. Dalam banyak kasus kekerasan seperti ini lebih sering melahirkan kenakalan baru ketimbang menciptakan seorang anak yang patuh. Belum lagi kerugian materil, dsb. Dengan mencatat sebanyak-banyaknya akibat buruk dari satu kekeliruan, maka kita akan memiliki motivasi yang kuat untuk menghindari berulangnya kesalahan tersebut.

Tidak ada komentar: